Mika: Sisi Paling Gelap di Balik Bahan Produk Kecantikan
Mika, Mineral Multifungsi yang Tersembunyi dalam Produk Kecantikan
Mika merupakan salah satu jenis mineral yang telah dikenal sejak lama. Dulunya, mineral ini dikenal karena fungsinya sebagai pengantar listrik. Oleh karena itu, Mika sering ditemukan pada produk-produk elektronik dan alat pemanas karena sifatnya yang elastis, tidak mudah meleleh, serta memiliki ketahanan thermal rendah. Mika sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan insulator. Mineral ini juga memiliki sifat yang berkilau, sehingga sangat ideal untuk dijadikan bahan pelapis mobil. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, pamor mineral ini semakin naik karena ternyata Mika juga dijadikan sebagai bahan campuran make-up. Mika, atau juga disebut dengan moskovit, adalah mineral alami yang biasa digunakan sebagai aditif warna dan untuk kualitas berkilau dalam produk kosmetik dan perawatan kulit. Sekitar 18% permintaan mika di seluruh dunia adalah untuk kosmetik, jumlah ini tergolong sangat besar dan hanya dua kategori yang dapat mengalahkan jumlah ini, yaitu elektronik.
Mengenal Mika: Mineral yang Berkilauan
Mika adalah mineral yang berbentuk seperti buku dengan lembaran-lembaran kristal yang saling bertumpuk satu sama lain. Mineral ini terbentuk dari proses vulkanik dan merupakan gabungan beberapa mineral kompleks seperti aluminium oksida, besi oksida, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sebelum Mika diproses dan berakhir sebagai produk kecantikan, ia perlu ditambang dan diekstrak dari tanah. Namun, hanya saja dengan hadirnya teknologi yang telah modern, penambangan mineral ini masih dilakukan dengan cara tradisional. Umumnya, penambangan Mika dilakukan oleh pekerja yang sangat miskin, yang sebagian besar dari mereka tidak memiliki alternatif untuk pekerjaan yang lebih baik. Banyak dari pekerjaan ini dilakukan dengan tangan, jauh di dalam lubang-lubang yang sangat sempit. Oleh karena itu, proses penambangan ini adalah pekerjaan yang berbahaya. Kuku yang patah serta jari-jari yang terkelupas adalah risiko paling kecil dari seluruh kerasnya pekerjaan yang terdapat di tambang Mika, karena banyak dari para penambang ini yang menambang dengan tangan kosong. Mika adalah debu mineral, jenis debu yang dapat dengan mudah masuk ke dalam paru-paru. Kontak berulang dengan Mika dapat menyebabkan risiko jaringan parut serat di paru-paru. Risiko ini tidak hanya berlaku bagi para penambang, tetapi juga bagi para pekerja pabrik yang setiap hari bekerja dengan Mika. Ini berarti bahwa lubang tambang yang mereka gali tidak hanya memberikan mereka mata pencaharian, tetapi di sisi lain juga menjadi kuburan bagi mereka sendiri. Dan tragisnya, dengan fakta bahwa Mika ditemukan dalam berbagai produk yang bernilai ribuan dollar, para penambang hanya mendapat upah beberapa sen setiap hari.
Dampak Kesehatan dan Sosial
Tentu saja, orang-orang yang tinggal di sekitar tambang menyadari akan risiko kesehatan dan upah minim yang akan mereka terima. Tetapi tanpa pilihan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, kerja di tambang Mika menjadi pilihan yang terbaik. Selama bertahun-tahun, India telah diakui sebagai produsen dan pengekspor lembaran Mika terbesar secara global, dengan sebagian besar tambang berlokasi di negara bagian Bihar dan Jharkhand, dua wilayah yang dianggap paling miskin di India. Terdapat lebih dari 700 tambang dan 20.000 pekerja yang melibatkan berbagai usia yang dipekerjakan di sektor ini. Kemiskinan di Jharkhand diperkirakan lebih dari 46%, sementara di Bihar, angka kemiskinan diperkirakan mencapai 46 hingga 40,7%. Dan karena banyak keluarga di dua wilayah ini yang hidup di ambang kelaparan, maka tidak jarang anak-anak yang putus sekolah juga terlibat dalam penambangan Mika. Mereka bukan saja terancam secara kesehatan, tetapi mereka juga kehilangan masa kecil yang bahagia dan membatasi kesempatan kerja yang lebih baik di masa depan.
Realitas di India dan Madagaskar
Selain India, Madagaskar juga menjadi salah satu negara produsen Mika yang terbesar di dunia, yang mana sektor penambangan di negara ini juga diwarnai dengan kekerasan dan korupsi. Oleh karena itu, Madagaskar menghasilkan jumlah yang membingungkan antara jumlah ekspor Mika yang lebih besar dibandingkan jumlah produksinya. Ini berarti bahwa Madagaskar menyediakan lahan tambang yang ilegal yang tidak secara resmi dicatat dalam jumlah produksi resmi negara ini. Selain masalah korupsi dan kekerasan, kondisi pekerja di Madagaskar tidak jauh berbeda dengan para penambang di India. Mereka tidak punya pilihan apapun selain melibatkan diri dalam pekerjaan yang penuh dengan risiko ini. Selain faktor kemiskinan, Madagaskar juga dilanda dengan krisis air bersih yang berkepanjangan, yang membuat masyarakat di negara ini dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit.
Alternatif Mika Sintetis: Solusi atau Tantangan?
Untuk membantu mengakhiri siklus penyalahgunaan dalam penambangan Mika, beberapa perusahaan kecantikan telah mulai menggunakan Mika sintetis. Mulanya, hal ini dipandang sebagai solusi yang berkelanjutan, sebab Mika sintetis dibuat di laboratorium yang tentu saja tidak ada pekerja tambang yang mengalami risiko kesehatan dan tidak perlu melibatkan pekerja anak-anak. Kendati demikian, pada kenyataannya, rantai pasokan Mika sintetis tidak selalu transparan, dan tidak ada jaminan bahwa jenis Mika alternatif ini terbebas sepenuhnya dari pekerjaan yang merugikan. Pada akhirnya, kenyataan ini mengandung pesan yang sangat penting bagi para pengguna produk kecantikan bahwa di balik tampilan megah yang mereka nikmati, terdapat orang-orang yang bekerja dengan risiko kesehatan dan perusakan terhadap lingkungan. Semua itu harus mereka bayar dengan upah yang sangat tidak layak, dan itu adalah pelanggaran terhadap kemanusiaan.