MUSIC  

20 Fakta Unik Bimbo: Grup Legendaris Musik Indonesia

20 Fakta Unik Bimbo

20 Fakta Unik Bimbo: Grup Legendaris Musik Indonesia

 

Sejarah Awal Bimbo

Bimbo, grup musik legendaris Indonesia, memulai perjalanan mereka di Bandung pada tahun 1966. Grup ini didirikan oleh tiga bersaudara, yaitu Sam Bimbo (Muhammad Syamsudin Dajat Hardjakusumah), Acil Bimbo (Darmawan Dajat Hardjakusumah), dan Jaka Bimbo (Jaka Purnama Dajat Hardjakusumah). Awalnya, mereka dikenal dengan nama Trio Los Bimbos sebelum berganti menjadi Trio Bimbo, nama yang lebih mencerminkan budaya lokal.  20 Fakta Unik Bimbo

Nama “Bimbo” sendiri diberikan oleh Hamid Gruno, seorang sutradara TVRI, yang mengartikan “bagus” dalam konteks sederhana namun bermakna.

20 Fakta Unik Bimbo 2

Perjalanan Musik dan Gaya Unik

Gaya musik awal Bimbo sangat dipengaruhi oleh nuansa Latin dengan sentuhan flamenco yang memikat, berpadu dengan elemen tradisional Sunda. Album pertama mereka dirilis di Singapura pada tahun 1970 melalui label Polydor Fontana setelah sebelumnya ditolak oleh Remaco, salah satu label besar di Indonesia.

Lagu-lagu seperti “Melati dari Jayagiri” dan “Flamboyan” dari album perdana mereka berhasil menarik perhatian publik dan menjadi ciri khas Bimbo. Tak hanya dikenal sebagai grup musik romantis, mereka juga dikenal dengan lagu-lagu berpola minor yang puitis, menciptakan kedalaman emosional bagi pendengarnya.

Peran Iin Parlina sebagai Anggota Tambahan

Pada pertengahan 1970-an, adik perempuan mereka, Iin Parlina, bergabung sebagai anggota tambahan. Meskipun tidak selalu tampil dalam setiap album, kontribusinya memberikan warna baru pada harmoni musik Bimbo.

Baca Juga  Lirik Lagu Sedih Akan Pergi BRAGA MGNDW

Era Kejayaan dan Eksplorasi Tema Sosial

Memasuki era 1980-an, Bimbo mulai mengeksplorasi tema kritik sosial dalam lagu-lagu mereka. Beberapa karya terkenal dari periode ini meliputi “Antara Kabul dan Beirut” serta “Surat untuk Reagan dan Brezhnev”, yang memotret isu-isu global dengan lirik tajam.

Selain itu, lagu-lagu religius seperti “Tuhan”, “Qasidah” (1974), dan “Sajadah” (1977) menjadi bukti bahwa Bimbo mampu menyampaikan pesan spiritual melalui karya seni mereka. Lagu-lagu seperti “Rindu Rasul” dan “Sajadah Panjang”, hasil kolaborasi dengan sastrawan terkenal seperti Taufiq Ismail, memperlihatkan perpaduan harmoni musik dengan puisi yang mendalam.

Komitmen terhadap Isu Lingkungan dan Sosial

Bimbo juga menunjukkan kepedulian terhadap isu lingkungan melalui lagu-lagu yang membahas masalah ekologis seperti “Sungai Ciliwung” dan “Harimau Jawa”. Sikap kritis mereka juga tercermin dalam lagu “Tante Sun”, yang secara halus mengkritik kondisi sosial-politik pada masa Orde Baru hingga sempat dicekal pemerintah.

Kolaborasi dan Pengakuan

Bimbo sering berkolaborasi dengan berbagai seniman, termasuk mengadaptasi lagu-lagu internasional ke dalam gaya musik mereka. Pada tahun 2007, mereka merilis album baru yang menampilkan karya-karya terbaru Taufiq Ismail dengan tema kritik sosial dalam lagu seperti “Jual Beli” dan “Hitam Putih”.

Pengaruh Regional dan Warisan Musik

Karya-karya Bimbo tidak hanya terkenal di Indonesia tetapi juga di tingkat regional. Beberapa lagu mereka bahkan direkam ulang oleh musisi lain di era berikutnya, menandakan pengaruh besar grup ini dalam dunia musik.