Diksi Dalam Teks Puisi: Majas, Citraan, Kata Konkret, Dan Konotatif
LINGKAR8 – Berikut macam-macam diksi dalam teks puisi.
Para penulis puisi terbaik yang telah menghasilkan banyak karya berkualitas yang mengandung macam-macam diksi.
Penulis puisi yang baik selalu menggunakan pilihan diksi sehingga menghasilkan karya yang indah.
Setiap kata dalam puisi dipilih dengan cermat oleh penyair dengan berbagai pertimbangan.
Hal tersebut bertujuan memunculkan efek dan makna tertentu.
Penyair sering menggunakan gaya bahasa (majas), pengimajian, kata konkret, dan kata konotatif untuk mendukung makna puisi yang ingin disampaikannya.
Simak macam-macam diksi dalam teks puisi, mengutip Buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X.
1. Majas (gaya bahasa)
Majas atau gaya bahasa merupakan bahasa kiasan yang digunakan untuk menampilkan efek tertentu bagi pembacanya.
Untuk lebih memahami majas atau gaya bahasa dalam puisi, cobalah berlatih menganalisis majas dalam membaca teks puisi.
Macam-macam majas atau gaya bahasa dalam puisi yaitu:
– Majas metafora: majas yang membandingkan dua obyek berbeda tetapi obyek tersebut memiliki kesamaan.
– Majas personifikasi: menggunakan benda mati untuk mengungkapkan analogi perbandingan.
– Majas asosiasi: gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, tetapi dianggap sama dengan memberi kiasan berupa kata sambung “bagaikan”, “seperti”, “selayaknya”, dan “bak”.
– Majas hiperbola : majas yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan hingga terdengar tidak masuk akal.
– Majas alegori: majas yang membandingkan dua obyek dengan menggunakan kata-kata kiasan.
– Majas metonimia: menggunakan merek dagang untuk menggambarkan sesuatu hal dalam kalimat.
– Majas Pars Pro Toto menggunakan sebagian unsur dari suatu obyek untuk menunjukkan dan menggambarkan keseluruhan bagian dari obyek tersebut.
– Majas totem pro parte adalah kebalikan dari majas pars pro toto.
– Majas eufimisme digunakan untuk mengganti istilah kasar atau kurang etis agar lebih terdengar halus dan sopan.
– Majas litotes merupakan salah satu majas pertentangan yang digunakan sebagai kiasan guna melindungi diri.
– Majas paradoks menggunakan gaya bahasa kiasan untuk membandingkan suatu fakta dengan sesuatu yang sangat berkebalikan.
– Majas retorika adalah berbentuk kalimat tanya.
– Majas aliterasi adalah salah satu jenis majas yang menggunakan pengulangan huruf konsonan pada setiap awal kata untuk memberi penegasan pada kalimat.
– Majas ironi termasuk majas sindiran yang menggunakan gaya bahasa sindiran untuk menyembunyikan fakta dengan menggunakan kata-kata yang bertentangan.
– Majas sarkasme memiliki gaya bahasa berupa sindiran yang lebih kasar.
2. Pengimajian atau Citraan
Pengimajian atau citraan merupakan kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan efek khayalan atau pendorong pada diri pembacanya.
Pembaca seolah-olah ikut merasakan, mendengar, melihat, meraba, dan mengecap sesuatu yang menurutnya dalam puisi.
Ada beberapa jenis citraan berdasarkan efek-efek yang ditimbulkan pada pembaca.
Yaitu citraan penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, penciuman, dan citraan gerak.
3. Kata Konkret
Secara umum, kata konkret adalah kata yang rujukannya lebih mudah ditangkap oleh indra.
Konkret dapat berarti nyata, berwujud, atau benar-benar ada.
4. Kata Konotatif
Kata konotatif merupakan kata-kata yang berasosisi.
Asosisi merupakan keterkaitan makna kata dengan hal lain di luar bahasa.
Dalam hal ini, makna konotatif timbul sebagai akibat asosiasi perasaan pembaca terhadap kata yang dibaca, diucapkan, atau didengar.